Salah satu isyarat dari Rasulullah
saw tentang akhir zaman adalah penaklukkan Konstantinopel untuk yang terakhir
kalinya. Setelah itu, negeri Turki akan kembali kepada kekuasaan umat Islam
hingga terbitnya matahari dari barat.
Bila penaklukkan Konstantinopel pada
masa sultan Muhammad Al-Fatih di era khilafah Utsmaniyah terjadi lewat
peperangan yang dahsyat, dengan mengerahkan pasukan besar yang didukung oleh
peralatan perang yang paling modern di zamannya; tidak demikian halnya dengan
penaklukkan Konstantinopel di akhir zaman yang kelak terjadi di era imam
Al-Mahdi. Penaklukan Konstantinopel pascaal-malhamah al-kubra merupakan kejadian yang di luar
kebiasaan manusia. Penaklukan yang unik ini dilakukan oleh 70.000 Bani Ishaq,
tanpa menggunakan pedang dan tombak, apalagi senjata-senjata berat. Mereka
hanya menggunakan takbir dan tahlil, maka terbukalah benteng Konstantinopel. Di
saat tentara Al-Mahdi tengah mengumpulkan ghanimah, tiba tiba terbetik kabar
bahwa Dajjal telah muncul.
Rasulullah Saw bersabda, “Apakah kalian pernah
mendengar suatu kota yang terletak sebagiannya di darat dan
sebagiannya di laut? Mereka (para
sahabat) menjawab: Pernah
wahai Rasulullah. Beliau Saw bersabda: Tidak terjadi hari kiamat,
sehingga ia diserang oleh 70.000 orang dari Bani Ishaq. Ketika mereka telah
sampai di sana, maka mereka pun memasukinya. Mereka tidaklah berperang dengan
senjata dan tidak melepaskan satu panah pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaha
Illallah Wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu.
Berkata Tsaur (perawi hadits): Saya tidak tahu kecuali hal ini ; hanya
dikatakan oleh pasukan yang berada di laut. Kemudian mereka berkata yang kedua
kalinya Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuh pula sebagian yang lain
(darat). Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka
terbukalah semua bagian kota itu. Lalu mereka pun memasukinya. Ketika
mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba datanglah
seseorang (setan) seraya berteriak : Sesungguhnya dajjal telah keluar. Kemudian
mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali.” HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyratus Sa’ah
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa
Rasulullah Saw pernah ditanya, “Kotamanakah yang lebih dahulu ditaklukkan,
Konstantin atau Roma? Maka beliau Saw menjawab,”Kota Heraklius akan ditaklukkan
pertama kali.[1]
Siapakah yang dimaksud dengan Bani
Ishaq pada riwayat di atas ? Para penulis tentang fitnah akhir zaman berbeda pendapat tentang
siapakah yang dimaksud dengan Bani Ishaq. Ada yang menyebutkan bahwa mereka adalah
Bangsa Romawi yang masuk Islam di akhir zaman, namun sebagian mengatakan bahwa
bani Ishaq adalah keturunan Al Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Pendapat ini
dipilih oleh Al Hafidz Ibnu Katsir.[2]
Mengenal
Lebih Detil Tentang Bani Ishaq
Untuk mengetahui siapakah sebenarnya
Bani Ishaq, perlu menelaaah kembali buku-buku sejarah masa silam, terutama
tentang perjalanan Nabi Ibrahim. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir,
bahwa Bani Ishaq adalah keturunan Al-Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Maka sangat
keliru orang yang menyebutkan bahwa bani Ishaq adalah bangsa Rum atau keturunan
Yahudi yang masuk Islam. Untuk bangsa Rum Rasulullah Saw menyebut mereka
sebagai bani Ashfar, sebagian mereka ada yang masuk Islam di zaman Al-Mahdi,
sehingga membuat kawan-kawan yang setanah air dengan mereka menjadi marah dan
menginginkan agar kaum muslimin menyerahkan mereka kembali. Namun kaum muslimin
tidak menyerahkan sebagian Bani Asfar yang masuk Islam itu kepada bangsa Rum.
Bani Ishaq juga bukan keturunan Israel. Sebab Bani Israel kemunculannya adalah setelah nabi
Ishaq.
Bani Ishaq yang disebutkan
Rasulullah Saw sebagai pembebas Konstantin adalah keturunan Ish bin Ishaq bin
Ibrahim. Sedangkan Bani Israel adalah keturunan Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.
Mereka adalah sisa-sisa pasukan Islam dari Madinah yang menang dalam
pertempuran terdahsyat melawan Bangsa Rum dalam Malhamah Kubra. Mereka inilah
yang dikatakan oleh Rasulullah Saw sebagai pasukan “tidak akan terkena fitnah
selamanya atau tidak akan tersesat selamanya”. Maka, sangat keliru jika Bani Ishaq adalah mereka bangsa
Eropa yang masuk Islam lalu bergabung dengan pasukan Al-Mahdi.
Kemungkinan yang paling logis adalah
keturunan Ish ini kemudian menyebar di wilayah Khurasan (Afghanistan, Pakistan, Kashmir, Iraq dan Iran).
Mereka adalah kaum muslimin yang ketika berita Al-Mahdi telah datang segera
menyambutnya dan memberikan pertolongan kepadanya. Mereka adalah pasukan
berbendera hitam (ashhabu rayati Suud) yang membai’at Al-Mahdi dan menjadi
pengikutnya. Sebelum terjadinya penaklukan Konstantin, mereka adalah umat Islam
yang selalu menyertai Al-Mahdi dalam semua penaklukannya, termasuk dalam
penaklukan Jazirah Arab.
Pengikut Al-Mahdi bukan hanya dari
ashhabu rayati suud, banyak umat Islam lain yang turut bergabung pada awal
kemunculannya. Namun seiring perjalanan waktu, sebagian mereka ada yang tidak
sanggup bertahan menjalani kehidupan bersama Al-Mahdi, karena beratnya beban
jihad yang harus dipikul. Puncak pengkristalan pasukan Al-Mahdi adalah dalam
peristiwa perang Malhamah Kubra di A’maq dan Dabiq, dimana 1/3 pasukan Al-Mahdi
murtad dan mundur dari peperangan, 1/3 pasukan mendapatkan syahadah, dan
sisanya adalah 1/3 pasukan. Sisa pasukan itulah yang terus bertahan bersama
Al-Mahdi dalam pertempuran berikutnya. Jumlah 1/3 pasukan itulah yang
disebutkan oleh Rasulullah Saw sebagai manusia terbaik yang hidup di dunia.
Mereka datang dari kota Madinah. Namun, mereka bukan penduduk Madinah asli, mereka
adalah umat Islam yang datang dari arah Timur (Khurasan). Dalam penaklukan
Jazirah Arab, mereka terus-menerus mendapatkan kemenangan, hingga akhirnya
selama beberapa waktu mereka tinggal di Madinah.
Jadi Bani Ishaq adalah penduduk
Madinah / penduduk Hijaz yang setia menemani Al-Mahdi sejak mereka
memba’iatnya. Mereka adalah pemilik bendera hitam yang datang dari Khurasan
untuk mengukuhkan kekuasaan Al-Mahdi dan membebaskan Jazirah Arab lalu menetap
di dalamnya selama beberapa masa. Mereka inilah yang kelak menaklukkan
negri Konstantinopel dengan 70.000 pasukan.
Ada beberapa nash yang mengisyaratkan
hal itu, dimana penduduk Khurasan (Persia) kelak akan menggantikan orang-orang
Madinah asli. Mereka akan menggapai apa yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw
kepada mereka. Bukankah beliau pernah bersabda: ‘Seandainya ilmu (agama) itu
berada di bintang Tsuraya, niscaya akan menggapainya orang-orang dari keturunan Persia.” [3]
Prediksi bahwa penduduk Arab akan
digantikan oleh bangsa lain telah disebutkan oleh Rasulullah Saw dalam beberapa
riwayat, di antaranya sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Tirmidzi dalam Al
Miskat:
Ketika turun ayat 38 surah Muhammad,
“Jika kamu berpaling (dari agama), niscaya Dia (Allah) akan mengganti (kamu)
dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu”, maka sebagian
sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, jika kita berpaling, siapakah yang akan
menggantikan tempat (kedudukan) kita?” Nabi meletakkan tangannya yang penuh
berkah ke atas bahu Salman al-Farisi dan bersabda, “Dia dan kaumnya (yang akan
menggantikan kamu). Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika agama
ini bertaburan di ‘Tsurayya’, maka sebagian dari orang Persia akan
mencarinya dan memegangnya.”
Dalam riwayat di atas, para sahabat
khawatir setelah turunnya surah Muhammad ayat 38. Mereka khawatir bila diganti
oleh kaum lain. Sehingga, para sahabat bertanya pada Rasululllah “Bila kami
diganti kaum lain, siapakah mereka, ya Rasulullah?” Maka, Rasulullah menjawab,
“Sebagian kaum Persia.” Nash di atas menunjukkan bahwa yang akan
menggantikan bangsa Arab adalah sebagian penduduk Persia, bukan seluruh Persia.
Bisa jadi Persia Iran, atau Persia Afghan atau Persia Pakistan atau Persia
Kashmir. Wallahu
‘alam
Merekalah yang akan menggantikan
kedudukan orang Arab di Jazirah, sampai akhirnya mereka menjadi penduduk
terbaik di bumi yang berasal dari Madinah. Melalui tangan mereka Rum dikalahkan
dan Konstantin ditaklukkan.
Bilakah peristiwa itu Terjadi ?
Besar kemungkinan peristiwa tersebut
terjadi pada zaman Al-Mahdi, dimana kemunculan Al-Mahdi adalah saat manusia
berselisih dan bertikai, kondisi umat Islam secara umum dalam puncak kehinaan
dan terus didzalimi. Sementara penduduk Arab justru terbuai dengan dunia karena
kemewahan hidup dan melimpahnya kekayaan mereka. Agama sudah banyak
ditinggalkan dan perwalian mereka sudah digadaikan kepada bangsa barat.
Akibatnya, Allah mengganti mereka
dengan kaum lain yang tidak seperti mereka. Berdasarkan hadits tersebut, maka
orang-orang keturunan Arab di Jazirah akan digantikan kedudukannya oleh
sebagian orang Persia (kemungkinan adalah sebagian penduduk Khurasan dari wilayah Afghanistan, Pakistan, Kashmir danIraq).
Hal ini akan terjadi pada zamannya Al-Mahdi. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits Ashabu Rayati Suud, Rasulullah Saw bersabda, “Akan berperang tiga orang
di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi, tak
seorangpun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah
bendera-bendera hitam dari arah Timur, lantas mereka memerangi kamu (orang
Arab) dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.
Maka jika kamu melihatnya, berbaiatlah walaupun dengan merangkak di atas salju,
karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi.” (HR. HR. Ibnu Majah: Kitabul Fitan Bab Khurujil Mahdi no. 4074)
Jadi, bani Ishaq adalah orang Persia (Khurasan).
Imam Nawawi dalam syarahnya tentang 70 ribu bani Ishaq berpendapat bahwa, “Penduduk (Farisi) Persia adalah
orang-orang yang dimaksud dengan keturunan Ishaq”. Al-Mas’udi dalam kitabnya yang berjudul Muruj adz-Dzahab berpendapat, “Orang-orang
yang mengerti tentang jalur-jalur nasab orang Arab dan para hukama menetapkan
bahwa asal-usul orangPersia adalah dan keturunan Ishaq putra Nabi Ibrahim.
Wallahu a’lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar