15 Tata Cara Makan Sesuai Anjuran
Nabi Muhammad SAW antara
lain sebagai berikut :
Makan Sesuai Anjuran Nabi Muhammad
SAW
1. Membaca basmalah ketika hendak makan, dan mengakhiri
dengan membaca hamdalah.
Barangkali hikmah membaca basmalah dan
hamdalah adalah seorang muslim selalu mengingat bahwa makanan yang disantap
tidak lain adalah nikmat dan anugerah dari Allah yang Maha Lembut dan Maha
Tahu. Dia akan terhindar dari sikap berlebih-lebihan dan mubadzir. Seorang
muslim juga akan selalu sadar bahwa makanan bukan tujuan akhir, tapi sarana
menambah kekuatan untuk menuju ketaatan kepada Allah, memakmurkan bumi dan
menaburinya dengan kebaikan.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Nabi bersabda:
”Barangsiapa tertidur sedang di kedua
tangannya terdapat bekas gajih, lalu ketika bangun pagi dia menderita suatu
penyakit, maka hendaklah dia tidak mencela melainkan dirinya sendiri”.
Nabi sendiri jika hendak makan selalu
mencuci tangan terlebih dahulu,
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Nasa’i dari Aisyah
ra.
3. Menjauhi
sikap berlebihan dan rakus.
Makan adalah kewajiban. Dengan makan
seorang muslim memperoleh kekuatan untuk beribadah. Dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn Umar:
”Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang
harus kamu penuhi”.
Namun demikian kita harus ingat batasan
dalam mengkonsumsi makanan, yaitu menjauhi sikap berlebihan dan rakus.
Banyak sekali dalil yang menekankan hal
ini. Allah dalam surat al-A’raf ayat 31 berfirman:
”Makan dan minumlah, tapi janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”.
Dan juga di surat Thaha ayat 81:
”Makanlah diantara rezeki yang baik yang
telah Kami berikan pada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya”.
Sementara Rasulullah saw sendiri telah
memerintahkan untuk mengatur waktu makan dan berpegang teguh pada etika,
sebagaimana sabda Beliau:
”Kami adalah orang-orang yang tidak makan
kecuali setelah lapar, dan bila makan kami tidak sampai kenyang”.
Beliau juga bersabda:
”Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang
lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk
menegakkan tulang rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR.
Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim)
Maksudnya sebenarnya makanan dalam porsi
minimal pun sudah cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Di dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan
Darimi, Rasulullah saw juga bersabda:
”Makanan satu orang cukup untuk dua orang,
makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang sebenarnya
cukup untuk delapan orang”.
Dalam hadits lain disebutkan:
”Sesungguhnya termasuk sikap
berlebih-lebihan bila kamu memakan segala sesuatu yang kamu inginkan”. (HR
Ibnu Majah)
Beliau pun bersabda:
”Seorang mukmin makan dengan satu usus,
sementara orang kafir makan dengan tujuh usus”. (HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad,
dan Ibnu Majah)
4. Makan dengan tiga jari.
Dengan tiga jari berarti kita telah
bersikap seimbang. Sebagaimana dikatakan bahwa makan dengan lima jari
menunjukkan kerakusan, sedangkan makan dengan satu atau dua jari menunjukkan
kesombongan dan keangkuhan.
5. Duduk tegak lurus saat makan dan tidak bersandar.
Rasulullah melarang seseorang makan sambil
bersandar karena membahayakan kesehatan dan mengganggu
pencernaan lambung.
6. Minum dengan tiga kali tegukan. Dilakukan sambil
duduk dan tidak bernafas dalam gelas.
Nabi mengajarkan minum dengan menyesap
(minum air dengan menempelkan bibir ke air), bernafas di luar gelas serta tidak minum dengan cara menenggak. Maksudnya
adalah mencegah masuknya udara ke dalam lambung.
Ubay bin Ka’ab berkata:
”Nabi saw tidak pernah meniup makanan dan
minuman, tidak bernafas di dalam wadah. Bahkan beliau melarang meniup makanan
dan minuman.”
Nabi saw biasa minum dengan tiga kali
teguk, sambil bernafas di antara tiga kali tegukan di luar gelas dan bukan di
dalamnya.
Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah
saw bernafas tiga kali saat minum. Beliau bersabda:
”Sungguh, ini lebih mengenyangkan,
menyembuhkan, dan menyegarkan”. (HR Bukhari dan Muslim)
Anas juga berkata:
”Rasulullah saw telah melarang minum sambil
berdiri”. (HR Muslim)
Ibnu Abbas menambahkan:
”Rasulullah saw telah melarang minum dari
mulut poci”. (HR Bukhori dan Ibnu Majah)
7. Mendahulukan makan buah-buahan sebelum makan daging
(makanan utama).
Hal ini sebagai upaya untuk mengikuti apa
yang dilakukan para penghuni surga. Dalilnya adalah Qur’an surat al-Waqi’ah
ayat 20-21:
”Dan buah-buahan dari apa yang mereka
pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan”.
8. Menutup makanan dan minuman di atas meja.
Nabi mewajibkan menutup makanan untuk
melindunginya dari pencemaran, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi saw.:
”Tutuplah bejana”. (HR. Muslim, Ahmad, dan
Ibnu Majah)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan:
”Tutuplah makanan dan minuman”.
Rasulullah saw bersabda:
”Tutuplah wadah tempat makanan dan minuman,
karena dalam satu tahun ada satu malam yang di malam itu turun wabah dari
langit. Wabah itu tidak menjumpai wadah yang terbuka melainkan akan ada
sebagian dari wabah itu yang mengenai wadah itu”.
9. Mencuci mulut (berkumur) sebelum dan setelah makan.
Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan gigi
dari sisa makanan dan bakteri. Secara khusus beliau menekankan pentingnya
berkumur setelah minum susu:
”Berkumurlah kalian setelah minum susu,
karena di dalamnya mengandung lemak”. (HR. Ibnu Majah)
10. Suplemen makanan terbaik adalah madu.
Rumah Nabi tidak pernah
kehabisan madu. Nabi juga menganjurkan untuk meminum madu secara teratur. Nabi
bersabda:
”Hendaklah kalian meminum madu”.
Adapun Nabi mengajarkan bahwa cara terbaik meminum madu
adalah dengan melarutkan satu sendok madu dengan air yang tidak dingin dan
diaduk dengan baik
.
11. Tidak memasukkan makanan pada makanan.
Ada dua pendapat mengenai maksud dari
memasukkan makanan pada makanan. Pendapat pertama adalah kita dilarang makan
kecuali setelah dua jam dari waktu makan berat. Pendapat kedua adalah kita
dilarang menyuap makanan ke dalam mulut pada saat masih ada makanan di
dalamnya. Dunia kedokteran modern membuktikan bahwa kedua hal tersebut memang
berdampak negatif pada kesehatan.
12. Menjilati jari dan tempat makan.
Menjilati tempat bekas makan akan sangat membantu pencernaan.
Rasulullah saw sendiri menjilati jemari beliau setelah makan. Beliau bersabda:
”Apabila salah seorang di antara kalian
selesai makan, hendaklah dia tidak membersihkan tangannya sehingga
menjilatinya”. (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Tabrani)
Hal itu menunjukkan adanya perintah untuk
tidak meninggalkan sisa makanan di tempat makan. Juga diriwayatkan Turmudzi
dengan lafaz:
”Barangsiapa makan di piring, lalu ia
menjilatinya, maka piring itu akan memohonkan ampun untuknya”. (HR. Turmudzi,
Ibnu Majah, Ahmad)
13. Nabi melarang menggabungkan antara susu dan ikan, cuka dan susu, cuka
dan ikan, buah dan susu, cuka dan nasi, delima dengan tepung, kubis (kol) dengan ikan,
bawang putih dengan bawang merah, makanan lama dengan makanan baru, makanan
asam dengan makanan pedas, makanan panas dengan makanan dingin.
14. Tidak tidur setelah makan.
Nabi menganjurkan seseorang berjalan-jalan
setelah makan malam. Tapi bisa juga digantikan oleh shalat. Hal ini dimaksudkan
agar makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan tepat sehingga bisa dicerna
dengan baik. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi saw bersabda:
”Cairkan makanan kalian dengan berdzikir
kepada Allah yang Mahatinggi dan shalat, sertajanganlah kalian tidur setelah makan, karena
dapat membuat hati kalian menjadi
keras”. (HR. Abu Naim dengan sanad dha’if)
Diriwayatkan dari Anas dengan status
marfu’:
”Makan malamlah sekalipun hanya dengan
kurma kering (yang rusak), karena meninggalkan makan malam dapat mempercepat
penuaan”.
15. Makan bersama-sama dan tidak sendiri-sendiri.
Hal ini menyebarkan sekaligus menciptakan
nuansa penuh kasih sayang dan rasa saling mencintai yang tentunya akan memberi
nilai positif bagi selera makan.
16. Makan sambil berbincang dan tidak diam.
Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan
suasana rileks dan menyenangkan saat makan.
17. Menghormati budaya dan tradisi makan
yang ada di tempat kita makan. Dilarang menghina atau membenci makanan,
sekalipun makanan itu di luar kebiasaan kita.
18. Bersikap lembut terhadap orang sakit
dengan tidak memaksakan makanan tertentu.
19. Menjaga perasaan orang lain dengan tidak
membelakangi posisi mereka. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya selera makan
orang tersebut.
20. Tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu panas dan minuman yang
terlalu dingin.
Dalam buku ”Muhammad Seorang Milyuner”
karya Dr. Ali Syu’aibi (2004), pada bagian ketiga kita bisa menemukan
setidaknya tiga anjuran Rasulullah berkaitan dengan pola makan:
1. Tidak memakan daging setiap hari,
melainkan berselang hari.
Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Aisyah
ra, dia mengatakan bahwa bagian lengan atas adalah daging yang paling disukai
Nabi. Namun beliau tidak memakan daging setiap hari. Maka yang tersisa
ditangguhkan untuk keesokan harinya.
2. Tidak memakan buah pada saat baru sembuh
dari sakit.
Diriwayatkan dari Ummu Al-Mundzir binti
Qais, seorang wanita Anshar, dia mengatakan: ”Rasul datang kepadaku bersama Ali
yang waktu itu baru sembuh dari sakit. Kebetulan waktu itu kami punya buah yang
masih tergantung di pohonnya. Rasul pun berdiri dan dan memetik buah dan
memakannya. Ali juga ikut memetik, namun ketika akan memakannya, Rasul mencegah
seraya berkata: “Jangan Ali, kamu baru sembuh dari sakit”. Ali pun mengurungkan
niatnya. Maka aku membuat roti dan makanan yang direbus dan membawakannya pada
mereka. Maka Rasul pun berkata pada Ali: “Makanlah ini. Ini lebih baik
untukmu””. (HR. Abu Dawud)
3. Tidak pernah menolak undangan makan, bahkan jika yang
dihidangkan nilainya sangat murah.
Rasul tidak pernah menolak undangan makan
apapun selama makanan yang dihidangkan itu halal, meskipun makanan itu sangat
murah. Beliau berkata: “Jika kalian diundang untuk menghadiri jamuan makan,
maka hadirilah. Kalau suka makanlah, kalau tidak, tinggalkan”. (HR. Abu Dawud)
Sebagaimana Rasul juga pernah mengatakan:
“Kalau aku diundang untuk menghadiri suatu jamuan, meskipun yang dihidangkan
hanya kaki atau tangan, aku akan datang. Begitu juga kalau aku diberi hadiah
tangan atau kaki, aku pasti menerimanya”. (HR. Bukhori)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar